Awalnya ketika saya menulis ttg ''LURUSKAN NIAT INSYA ALLOH DAHSYAT'' dan mendapat tanggapan dr pak hadi ttg ''bagaimana nanti jika semua perawat keluar kalau ada yang malam-malam butuh persalinan dll dan dilanjutkan ketika saya membaca syarat menjadi distributor selimut yaitu berinfak 20% dr labanya. Memory saya langsung kembai ke masa gadis saya.
Ditambah lagi membaca jurnal pak hadi ttg pengusaha tiptop yg sukses yg gemar bersedekah. Otak saya langsung berpikir keras pingin sekali menulis jurnal ttg impian saya dan cita2 saya melanjutkan perjuangan masa gadis dulu. Tapi banyak hal yg mebuat saya maju mundur dan menunda menuliskannya. Kesibukan di caresto dan keminderan saya yg kadang kambuh....(hehehe) menjadikan sy menunda ide sy menulis jurnal ttg cita2 sy.
Tapi hati saya tetap bergejolak kepingin sekali menulisnya sampai akhirnya bu sari menuliskan ttg rumah sakit dan ditanggapi dg sangat bagus oleh pak hadi, Akhirnya sypun beranikan diri menuliskannya....subhanalloh memang LOA itu dahsyat sekali!!!! semoga mimpi ini segera terwujud dg dukungan dr Senior2 TDA yg hebat.
Ceritanya ketika gadis dulu saya bersama dua sahabat saya, satunya bidan dr sragen dan satunya perawat dr dieng, bergabung membuat rumah bersalin sangat sederhana sekali. Yup sangaaaaaat sederhana! karena hanya modal iuran bertiga kami menyewa sebuah rumah kecil dg 3 kamar. dua untuk pasien dan satu untuk kamar kami. ditambah dua ruang periksa dan persalinan.
Dg hanya modal 4 juta dibagi kami bertiga kami mengawali RB sederhana itu. Banyak yg menertawakan atau mencibir tapi kami tetap semangat dg niatan RB kami rb istimewa utk membantu dan mengabdi pada umat. Awalnya memang belum mendapat sambutan yg layak dr masyarakat. namun seiring waktu akhirnya masyarakat mulai suka dan banyak yg mendukung kami.
Semua dikarenakan RB kami benar2 utk membantu umat. Contohnya setiap ada pasien yg tidak mampu maka kami beri mrk keringanan biaya yaitu semampu mereka berapapun kami terima ada yg biayanya 200 ribu tp hanya punya 60 ribu. Ada juga yg mampu membayar semua tp dg cara dicicil. tapi ada juga yg malah membayar lebih krn mereka juga pingin nyumbang ke rb kami. Dan alhamdulillah Rb kami benar2 diterima masyarakat kecil yg memang butuh layanan kesehatan tp tdk mampu.
Namun krn waktu itu kami masih gadis-gadis jadi masalah timbul ketika salah satu mulai nikah. Ketika teman yg bidan menikah masalah tdk terlalu besar krn dia menikah dg org purbalingga jadi masih bisa tinggal di pwt dan suamipun mendukung. Cerita mulai berubah ketika sahabat satunya menikah dg org solo dan saya ikut suami ke purwakarta. Rb pun akhirnya bubar ketika bidan teman saya itu melanjutkan study ke solo.
Tadinya saya tdk terlalu memikirkan sekali krn utamanya dr kami kan mengikuti suami. Sampai suatu ketika suami sy dimesir sy pulang ke pwt. Sy bertemu dg ketua rt tempat rb kami dulu. kami bertemu di angkot dan ngobrol byk ttg rb, dimana dia berharap rb bisa diadakan lagi krn masyarakat sudah senang dg adanya rb sederhana kami itu. Apalagi wkt itu juga terjadi kasus seorg bayi ditahan(tdk dijinkan dibawa pulang krn pasien belum melunasi biaya persalinan).
Ahh..airmata saya menetes tak tertahan.....saya tdk menyangka bhw RB kami yg sederhanaaaa dan hanya modal pelayanan full cinta itu tyt berkenan di rkayat tdk mampu. Dan lebih perih lagi ketika saya tinggal dimesir sini sy membaca seorg ibu pingsan setelah melahirkan bayinya dirumahnya krn tdk mampu membayar bidan sehingga nekat melahirkan dirumah. dan hasilnya bayinya meninggal! waktu itu saya lagi hamil anak bungsu saya. Dan suamipun tercekat ketika membaca berita itu.
Ditambah lagi mendengar cerita seorg suami yg bingung sekali ketika ditelpon bhw istrinya sudah mules2 tp sang suami tdk memegang uang speserpun! hati sang suami gundah,keringat dingin bercucuran krn bingungnya!....saya dan suami sampai menetes airmata ketika mendengar cerita itu. Dan sejak itu kami punya cita2 ingin mewujudkan lagi RB yg dulu pernah sy rintis dg sahabat2 saya.
Namun mungkin krn cita-cita itu tdk kami tulis kuat2 sehingga tdk mejadikan kami semangat utk segera mencapainya. bahkan mungkin saya dan suami hampir saja mengubur cita2 itu(krn merasa kurang realistis?/tdk mengukur kemampuan?)
Sampai akhirnya ketika sy membaca tulisan2 pak hadi ttg infak,ttg sedekah yg akan menjadikan cerita kemiskinan tinggal kenanagan itu, otak sy langsung bereaksi lagi!...saya pngin melukis cita2 sy itu lagi. Walapun mungkin tdk bisa terbentuk dr saya pribadi dan suami. namun mungkin ada harapan TDA bisa mewujudkannya.
So untuk pak hadi yang mungkin nantinya akan menjadi tetangga di kampung halaman sana. mungkin pak hadi dan sang jutawan kampung tertarik menwujudkan impian yg indah untuk menebar rahmat itu? Atau mungkin senior TDA yg lain juga tertarik? siapa tahu ini menjadi impian yg paling indah. Saya yakin sekali sebagaimana cerita bu sari ttg rumah sakit arbangin(40) yg bisa mengratiskan semua pasiennya, sayapun yakin impian ini akan terwujud dan menjadi jalan terwujudnya TDA yg bukan cm 11 digit tapi 70 digit krn full amal jariyah yg pahala dan balasan berlipat-lipat!
Bagaimana???? is that very-very funtastic to be TDA 70 digit?